Saya, Hanna Meyti Sitepu mengucapkan Selamat Hari Natal..
hehe..
Ga tau kenapa nih, lagi pengen nulis tentang natal.. 3 tahun terakhir ini aku ngerayain natal di negeri orang,,hahaha.. kaya aku di luar negeri aja yah.. So, selama 3 tahun ini juga aku "kehilangan" tradisi natalku waktu masih di kampung tercinta. Yang dulunya hampir setiap malam ikut perayaan natal, selama 3 tahun terakhir ini cuma natalan di kampus, untung-untung ada undangan natal dari gereja tempat PMK UNAKI pelayanan weekend. Dan tahun ini, aku udah ikut perayaan natal 2 kali. 24 Desember kemarin perayaan natal di kampus. Perayaan natal yang ke-dua di salah satu gereja dimana PMK UNAKI pernah ada pelayanan weekend dan mission trip. Pada dasarnya saya sangat bersukacita demi menghadiri kedua perayaan tersebut. Acaranya meriah dan para jemaat terlihat lebih cantik, ganteng dan rapi dengan dress code yang pastinya sudah dipersiapkan jauh-juah hari. Semua orang tersenyum dan bersukacita.
Namun ada satu hal yang menarik perhatian saya. Saat ada persembahan pujian atau pertunjukan dari jemaat dan tamu undangan, saya merasa tidak sedang menyaksikan penampilan mereka. Tapi saya menyaksikan punggung-punggung sejumlah photographer yang mencoba mengabadikan moment yang sangat indah itu. Dalam susunan kepanitiaan, pastinya sudah ada seksi dokumentasi yang ditunjuk. Namun, karena perkembangan zaman dan jemaat yang tidak ketinggalan zaman, hampir semua jemaat yang kini menggunakan alat komunikasi yang canggih disertai media video kamera menjadi seksi dokumentasi. Sayang kan kalau kameranya tidak digunakan? Hal ini menyebabkan jemaat yang menonton berbondong-bondong merekam penampilan di event-event natal yang dirayakan hanya 1 tahun sekali. Apalagi yang mempersembahkan pujian anak-anak sekolah minggu yang masih unyu-unyu, imut-imut dan lucu-lucu. Orang tua mereka dengan senyuman bahagia melihat sibuah hati di atas panggung akan segera mendekat dan mengabadikan penampilan anak-anaknya.
Malam ini saya mencoba bernostalgia dengan perayaan-perayaan natal yang pernah saya ikuti beberapa tahun lalu, sebelum Indonesia di hujani alat-alat elektronik yang canggih. Saya dan ratusan jemaat lainnya mengikuti acara perayaan natal dengan sukacita. Penyalaan lilin dan menyanyikan lagu Malam Kudus dengan hikmat dan penuh penghayatan. Merenungkan kembali malam natal yang pertama, 2000 tahun lalu, di kandang domba di Efrata, Bayi Yesus dilahirkan oleh seoarang perawan, Maria, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan. Dengan kerelaan meninggalkan kemuliaan-Nya di surga, turun ke bumi dan menjadi sama dengan manusia. Dengan tujuan yang teramat mulia, menebus dosa-dosa kita, manusia yang terlalu bangga dengan hidup kita yang hina dan penuh dosa.
Dan malam ini saya sadar, bahwa esensi natal bukanlah tentang perayaan yang megah dan meriah, bukan tentang baju seragam saat merayakan natal, bukan tentang sinter clauss dan hadiah, bukan tentang pohon natal dan salju. Tapi tentang kasih dan damai sejahtera yang menjadi alasan Yesus Kristus datang ke dunia.
Bagaimana kita bisa membagikan kasih Yesus kepada sesama kita, mengasihi orang-orang yang ada disekitar kita, bahkan mengasihi orang-orang yang menyakiti kita. Membagikan kabar keselamatan yang telah kita terima, dan orang lain juga bisa memperoleh keselamatan dari Sang Juru Selamat yang telah lahir ke dunia.
Selamat Natal buat teman-teman bloggers, semoga damai sejahtera dari Yesus Kristus boleh memenuhi hati dan kehidupan kita.
Tuhan Yesus memberkati...
Shalom...
Hanna,
Semarang, 27 Des 2013