Halaman

Rabu, 19 Maret 2014

Cinta dan Sang Waktu Part II

Cinta yang sejati, cinta yang kita kira sudah pergi, ternyata cuma bersembunyi, menunggu waktu untuk kembali.
                                                                               ***
"Eh, elu kenapa? Ko galau gitu?", celotehan yang menjadi salam pembuka dari adikku Tasya sore itu, setelah seharian di jejali materi-materi kuliah yang cukup menguras pikiranku. Aku diam, mengabaikan ocehannya. "Sms lu gak di balas?", tambahnya lagi. "Ngga apa-apa kok, cuma kecapekan aja", jawabku singkat, mencoba mengindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ku harapkan. 

Tasya, adikku yang selama 7 bulan belakangan ini tinggal 1 kost denganku di Semarang, sepertinya mulai menangkap sinyal-sinyal kegalauanku beberapa hari belakangan ini. Sebenarnya sih ga bermaksud untuk galau, cuma kadang aku kurang ahli untuk menyembunyikan kepedihan hatiku, hehe. . Kali ini aku terlalu gengsi untuk curhat sama dia, karena aku nggak mau dia tahu betapa pedihnya hati ini. Aku masih ingat bagaimana aku menangis di pelukannya beberapa waktu lalu, saat sesuatu hal yang menyakitkan hatiku terjadi. Dia hanya membiarkan aku menangis, sepuasnya. No comment! Belakangan aku tau dari pacarnya, dia benar-benar marah karena aku disakiti, tapi dia ga pernah ungkapkan hal itu kepadaku. 

Hari-hari ini aku mengalami apa yang pernah aku alami sekitar satu tahun lalu, kehilangan. Bedanya, kali ini aku sadar kenapa aku harus merasa kehilangan. Setahun yang lalu, seseorang yang sudah ku kenal dengan cukup baik, dengan setia selalu menemani hari-hariku, tawa dan tangisku. Sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa   bahagianya aku saat itu. Suatu hari, tanpa kata, tanpa alasan, dia menghilang, begitu saja! Aku marah? Ya! Tapi kepada siapa aku harus marah? Aku kecewa? Jelas! Tapi apa gunanya jika aku terus bergelut dengan kekecewaanku. Kulewati masa-masa sulit untuk beradaptasi kembali dengan hari-hari yang ku lalui tanpa hadirnya, seseorang yang terlalu dekat denganku, dan terlalu sakit untuk harus kehilangannya.

Aku pernah membaca  sebuah kalimat yang singkat, kira-kira seperti inilah maknanya. "Ada seseorang dalam hidupmu, jika ia pergi, ia membawa serta sepotong hatimu". Dulu, aku tidak mengerti apa maksud orang yang menuliskan kalimat itu. Tapi kini aku sadar, perkara hati adalah perkara yang paling sensitif. Dengan sangat excited, aku selalu menceritakan kepada adikku seseorang yang memiliki hatiku . Kuceritakan betapa spesialnya dia bagiku, dia, orang yang sekitar setahun lalu pernah sangat dekat denganku, yang menghilang tanpa alasan, dan seperti pencuri ia datang kembali. Ya, seseorang itu datang kembali.

Tapi kali ini dia datang disaat yang tidak tepat. Dia datang saat aku memutuskan melalui tahun ini in celibacy. Dia terlalu berarti, dan tak bisa ku pungkiri, aku bahagia saat ia kembali hadir mewarnai hari-hariku, meski aku sadar ini bukan waktu yang tepat. Ku biarkan ia menuliskan cerita-cerita di hidupku, dan aku menikmati setiap cerita itu. Kami, aku dan dia menuliskan mimpi-mimpi, dan akan kita raih bersama, suatu saat nanti. 

Sesuatu yang diluar harapanku terjadi. Tuhan memintanya kembali dariku. Awalnya aku baik-baik saja. Aku merasa bisa menerima semua ini, karena aku tahu dengan jelas kenapa ini terjadi. Tapi seiring waktu berlalu, kutemukan diriku mulai merasa kehilangan. Kehilangan mungkin bukan kata yang tepat, karena sesungguhnya aku tidak kehilangan. Aku hanya belum boleh memilikinya sekarang. Aku hanya harus menunggu waktu yang tepat, sampai aku benar-benar siap menerima pemberian itu, siap lahir dan batin. Sesekali, ku temukan air mata  basahi pipiku, kala ku ingat bagaimana ia pernah menemani hari-hariku. Apakah kali ini aku masih marah, kecewa?Marah sama siapa? Kecewa sama siapa? Aku tidak menyalahkan siapa-siapa, tidak menyalahkan dirinya, diriku dan juga sang waktu. 

Kubiarkan diriku yang masih sedikit canggung dengan semua ini menikmati hari-hari yang berlalu. Sesekali, kulihat dirinya dari kejauhan, dan aku tersenyum. Ada bagian dalam diriku yang berkata, " Dear, sometimes it's enough for me to know that you're there ". Aku tau cintaku tidak hilang, ia hanya sedang jauh dariku, bersembunyi mungkin, dan ia akan datang kembali, membawa sepotong hatiku, suatu saat nanti, disaat yang tepat. :)


Semarang, 19 Maret 2014

Hanna

5 komentar:

  1. Jadikanlah cinta itu sebagai cambuk untuk menggapai semua mimpi2.
    Dan biarkanlah sang waktu yang akan menuntun cinta itu kembali.

    BalasHapus
  2. hahaha,,, okk brother...
    nanti,, kalo aku uda suskes dalam mimpi dan cintaku, ku buatkan buku dgn judul, " Aku, Kau dan Perjalanan ini".. hahaha :D

    BalasHapus
  3. hahahahahahaha,,,,,,
    klo iwan fals lain judulnya : aku , kau , dan bekas pacarmu.

    BalasHapus
  4. Terkadang cinta harus membutuhkan waktu dan perasaan, jangan tutup hatimu untuk yang lainnya. Menunggu bukanlah harapan yang pasti, tak berarti kata setia kalau harus berkorban dan sia-sia. SEMANGAT!

    BalasHapus