Halaman

Jumat, 07 November 2014

Skripsi Membawaku ke Kota Batik

Penat dan sesak berdesak-desakan di ruang hatiku. Aku bahkan tidak bisa menarik nafas panjang sore itu. Pikiranku kacau, kenapa? Aku tak punya alasan yang jelas. Ditengah-tengah perasaanku yang kata anak-anak muda jaman sekarang lagi cukup galau, skripsi ikut-ikutan menggangguku. "Kapan mau bimbingan bab 2?", bisik si skripsi, perlahan. Namun dengan nada meminta kepastian sembari menyindirku. Ku tutup wajahku dengan boneka azure ku, mencoba mengabaikan godaan skripsi yang selalu minta ditemani itu. Tak berhasil dengan bisikan ironisnya, skripsi mencoba dengan trik lain. Kini dia menari-nari di pikiranku. Seolah satu persatu teori yang mulai ku goreskan di Bab 2 meminta dukungan lebih dari ahli-ahli linguistik lainnya. "Kami butuh ahli lain, masih terlalu sedikit, kami kesepian. Kami butuh teman lain untuk saling bercerita tentang teori-teori bahasa dan budaya, terutama teori kekerabatan yang mau kau jadikan teori utamamu itu." Rengeknya sembari berputar-putar di kepalaku. Kini aku tak bisa menghindar lagi, ku singkirkan azure sejenak dari wajahku. Aku tambah galau, skripsiku berhenti di tengah jalan. Aku kekurangan teori yang bisa mendukung topik yang ku jadikan penelitian untuk skripsiku. Sudah ku cari di perusatakaan kampus, di perpustakaan daerah, di internet. Tak urung ku temui teori yang membahas secara spesifik teori kekerabatan seperti yang kubutuhkan.   Aku hampir menyerah dan berfikir untuk ganti judul saja. Ku tatap layar ponselku, waktu itu aku lagi sms-an sama sahabatku nun jauh disana. Tiba-tiba, sebuah ide iseng dan konyol menyelinap di otakku.
"Zi, di kampusmu ada Fakultas Bahasa?", klik! Message sent!
"Ada, Han. Kenapa?" Jawab Ozi melalui ponsel.
"Aku lagi butuh buku-buku macro linguistics ni, Zi. Untuk teori di skripsiku." 
"Oh, ya meh ta liatin dulu di perpus, biar mastiin."
"Ok, Zi. Kabari ya kalo ada."
"Ok miss Hanna, Sip."
Entah kenapa tiba-tiba kepikiran cari refrensi di perpustakaan Unikal, mungkin karena sudah terlalu jenuh dan ngga tau mau cari kemana lagi. Aku kemudian dapat info dari Ozi kalau buku yang aku cari ada di perpustakaan kampusnya. Fix, I have to go there, No matter what. For my thesis!
Aku memulai perjalananku dari Stasiun Besar Poncol, Semarang. Naik kereta api Kaligung Mas 241. Jadwal keberangkatan jam 06.15, Kamis, 6 Nov '14. 
Ku nikmati perjalanan pertamaku ke kota Batik, Pekalongan. Aku menikmati setiap pemandangan yang disajikan alam untukku. Ku lihat hamaparan sawah, sebagian masih hijau, ada yang sudah panen. Kulihat pak tani yang tengah memberi makan bebek-bebeknya di daerah pertanian yang kulalui. Sesaat, aku terkesima menyaksikan ciptaan Pemilik semesta ini. Di kananku, ku lihat biru, biru laut utara yang menyejukkan hatiku. Di kiriku, hijau, hijau alam segarkan mataku. Aku terpesona, laut biru dan hamparan hijau alam ini hanya terpisahkan oleh lintasan rel kereta api.  Ditengah-tengah deru mesin kereta, aku berbisik perlahan. Amazing ...I do love travelling!!!
07.30, Kaligung Mas tiba di Stasiun Pekalongan. Ku telfon Ozi, teman sekaligus tour guideku selama di Peklaongan. hehe.. :) Ku lihat seorang pria muda dengan ponsel dirapatkan di telinganya di depan pintu keluar. He should be my tour guide, pikirku. 
Aku keluar, and he is really my tour guide....haha...
Kita segera menuju kampusnya Ozi, di daerah Bendan, Jl. Sriwijaya No.3. Aku masih inget kan?? hehe... Tempat yang pertama kami datangi bukan perpustakaan, tapi kantin...ketauan banget suka jajan...hihi... "Good Day satu ya buk, pakai es," kataku memesan minuman kepada ibuk kantin.
"Kok Good Day,miss. Ini kan masih pagi," goda Ozi sembari tertawa kecil.
"Haha, whatever. "Aku tetap menikmati kopi dingin yang disajikan oleh ibuk kantin.
Kami menaiki beberapa anak tangga menuju perpustakaan. Perpustakaannya keren, mirip perpustakaan yang pernah ku "bangun" dalam sebuah proposal. Yeee,, finally I got the books.
Urusan buku selesai, saatnya makan... Haha, makan teruuss.. Eh,,ngga trus ding. Tadi masi minum kopi. hehe:)
Aku ditemani makan sama tour guide ku di alun-alun Mataram. Makan Nasi Goreng Spesial pake Telor. haha.. Pak tour guide cuma nemenin, karna dia lagi puasa. Maaf ya pak tour guide, tapi aku lapar. Nanti aku jadi ikut-ikutan berpuisi Syair Orang Lapar lagi. haha....Tiupan angin yang sepoi-sepoi menemaniku menyantap Nasgor special dan segelas es jeruk.. ahh,, di Semarang tak kutemukan angin sesejuk ini...
Hampir jam 12, ku dengar adzan berkumandang. 
"Kamu ngga sholat?", tanyaku sama Ozi.
"Sholat, Han."
"Dimana?"
"Di kampus."
"Yaudah, ayo ke kampus. Kamu jangan diemlah, aku kan ga tau."
"Hehe, ayoo."
Kita balik ke kampus dan aku aku nungguin Ozi sholat. Hemm, seperti ini rasanya punya temen beda agama. Terasa indah asal kita saling memahami. Aku bingung kenapa negeri ini selalu ribut karena perbedaan keyakinan. 
Perjalanan wisataku belum berakhir, tour guide ku kebetulan ada jadwal latihan baca puisi. Jadi aku ikutan, ikutan liat..
I love being there, with literature lovers.
Mereka keren-keren, berbakat. dan yang penting mereka ramah dan easy going. Terimakasih pak tour guide, uda ngenalin aku dengan teman-temanmu yang luarbiasa. hehe....
"Ke IBC yuk," ajak pak tour guide.
"IBC? Ikan Bakar Cianjur?" Tanyaku sambil tertawa.
"Engga miss, International Batik Center."
"Oh, boleh-boleh."
Kita ke IBC, tempatnya keren. Batiknya juga keren-keren. Hari itu, di IBC, aku mengerti kenapa Pekalongan di kenal dengan kota Batik. IBC is really amazing..!!
Jam masih menunjukkan pukul 16.00, sementara aku naik kereta keberangakatn 17.56 untuk pulang ke Semarang. Masih sempat ke pantai, hehe.. Sebelum ke pantai kita mampir di taman kota yang ada tulisan BATIK nya. Gede banget, serius. Foto-foto di sana, trus capcus ke pantai.
Kita memasuki kawasan Pantai Pasir Kencana. Matahari senja sudah mulai beradu ke arah Barat. Jingga, jingga sekali. Aku melangkah ke arah pantai, angin laut menyibak rambutku. Aku tersenyum, sweetest simple smile kembali terukir di wajahku. Aku mencintai laut sama seperti aku mencintai warna biru. Tenang, biru itu bukanlah warna yang hanya sekedar dapat dilihat. Tapi ia menyimpan kesejukan, seolah dapat kepeluk dan memberikan ketenangan di sukmaku. Biru, azure, adalah warna yang dapat dirasakan. Aku menikmati senja di pantai Pasir Kencana. Aku tersenyum kepada laut, kepada ombak, yang memperdengarkan suara alam paling merdu.
Ingin ku sampaikan salam melaui ombak, mealalui semilir angin laut, di bawah cahaya siluet senja, tapi bibirku terlalu kelu untuk berkata-kata. Aku hanya tersenyum, bersama rindu yang semakin menyiksa ruang di hati...
Aku masih ingin berlama-lama di pantai, menunggu matahari jingga di telan bumi. Tapi aku harus bergegas ke Stasiun. Aku harus pulang.
Ozi berdiri di bibir laut, katanya hendak menyampaikan salam. 
Senja semakin dalam, "ayo pulang, uda sore ni." kataku memecah keheningan yang mulai tercipta di tepi pantai.
Kami beranjak, ku lihat patung dolphin tak jauh dari pantai. "Fotoin dong," kataku kepada tour guide sekaligus fotograferku. Aku ingin mengabadikan perjalananku di kota ini, entah kapan lagi bisa touring kesini.
Kami meninggalkan pantai dan menuju stasiun. Beberapa menit sebelum kereta datang. Ku ucapkan terimakasih buat hari yang luar biasa, si turis dan tour guide berpisah di stasiun.
See yaa :D

Hanna Meyti Sitepu,
Semarang, 7 Nov '14