Halaman

Kamis, 24 Oktober 2013

Lampu Kota-Part II

Menyaksikan lampu kota sendiri, bukanlah hal yang biasa ku lakukan. Lampu kota yang biasa kulihat bersamamu, malam ini harus kusaksikan seorang diri dari ketinggian. Aku menatap jauh kesana, ke tengah kota, dengan sejuta warna yang menghiasinya. Indahnya warna-warninya tetap tak mampu mengalahkan indah cerita kita. Jauh disana, di antara lampu-lampu itu, kita pernah menuliskan cerita.

Aku kini terlelap dalam lamunan tentangmu, dan tiba-tiba kudengar suara. Lampu kota menggodaku, "Hey, warnaku indah, bukan? Kenapa engkau hanya sendiri malam ini, dia dimana? Biasanya kamu bersama dia menatapku, dan kalian tuliskan cerita-cerita indah tentang warna-warni cinta dan lampu kota?"
Aku hanya terdiam mendengar godaan lampu kota, dan aku masih tetap disini menikmati indahnya warna-warni yang di pancarkannya. Disini, di balkon ini, kita pernah menyaksikan lampu kota bersama. Dan malam ini ku titipkan kisah yang akan diabadikan oleh indahnya lampu kota. Kisah tentang kita, tentang perjalanan hidup yang kita lalui, suka duka, canda tawa, air mata dan juga cinta. Dan biarkan semua orang menikmati indanhya warna-warni cinta yang dipancarkan lampu kota.


Hanna
October, 2013

Minggu, 13 Oktober 2013

Lampu Kota


“Maaf, aku bisa minta nomor hp kamu? Ada perlu nih buat isi data mahasiswa yang masuk organisasi kita”.
“Oh, boleh. Ini nomor hpku”.
“Makasih ya, nanti aku sms data apa saja yang perlu di isi”.
“OK. Siph!”

Perkenalan kita berawal tanpa sengaja, ya hanya dengan percakapan singkat itu. Percakapan sekian detik di bangku di depan kelas yang mengawali kisah kita. Titan, “manusia” baru yang ku kenal setelah beberapa semester di kampus. Entah dimana dia selama ini, sampai aku tak pernah melihatnya di kampus.
Setelah hari itu, kita sesekali chatting di jejaring social dan mulai kirim sms. Tak kan pernah kulupakan saat pertama kita janjian makan bareng, makan bubur di dekat kampus. Hari itu, aku mengenalmu sebagai sosok yang berbeda. Hari itu kamu menjadi teman baruku, namun aku seakan telah mengenalmu sekian abad. Percakapan yang ringan, konyol dan penuh canda diantara kita membuatku merasa nyaman didekatmu.
Tak terhitung hari yang telah kita lalui setelah pertemuan itu. Tak terhitung juga jarak yang telah kita tempuh bersama. Tak terhitung juga tempat tempat yang telah kita kunjungi, dan kita habiskan berjam-jam disana dengan cerita-cerita konyol kita. Alam, telah menjadi saksi dari cerita yang kita tuliskan. Kau memperdengarkan suara alam paling merdu untukku, ombak di pantai parangtritis.  Matahari pagi dan senja juga menyimpan cerita-cerita indah yang kita tuliskan.
Kamu pernah bilang, tempat yang akan paling kamu rindukan adalah Jembatan Biru. Titan, bukan cuma kamu yang akan merindukan tempat itu. Aku juga akan sangat merindukan tempat itu dan canda tawa kita disana. Kita menghabiskan berjam-jam di tempat itu, menatap langit berbintang dan menyaksikan lampu kota. Aku bahagia setiap kali kita keliling kota, menyaksikan indahnya Semarang dengan sejuta lampunya saat malam. Menyaksikan indanya lampu kota bersamamu akan menjadi hal yang paling aku rindukan.
Ada banyak orang yang buat aku senyum, buat aku tertawa, tapi kamu lebih dari mereka. Kamu buat aku senyum, aku tertawa, aku bahagia. Mengenalmu adalah kebahagiaan terbesarku. Aku menjadi siapa aku saat aku bersamamu. Aku ga bisa “jaim” di dekatmu. Tanpa kamu sadari kamu telah memberikan warna yang indah dihidupku. Aku menjadi sangat konyol dan suka “joke” saat bersamu. Dan hanya kamu yang bisa buat aku menjadi seseorang yang suka bercanda.
Apa saja bisa menjadi bahan obrolan kita dan kita selalu tertawa saat membicarakan itu. Pedagang kaki lima disebrang tempat nongkrong kita. Kita selalu membicarakan apa kira-kira yang sedang mereka pikirkan, dan kita memperbincangkan apa kira-kira yang sedang mereka bicarakan. Kamu ingat waktu kita mengelilingi candi di sebuah bukit? Kita ngobrol dan tertawa sepanjang perjalanan, dari berangkat sampai akhirnya kita pulang. Saat aku bilang pasti orang bertanya-tanya kenapa kita dari tadi kelihatan bahagia sekali, kamu bilang palingan mereka mikir kalo kita pengantin baru yang sangat bahagia. Aku cuma tertawa mendengar jawabanmu yang menggelitik telingaku.
Kalau sudah banyak tempat yang kita kunjungi, pastinya banyak juga foto-foto yang kita “take” untuk mengabadikan kenangan-kenangan dan cerita-cerita indah kita. Ya, sudah terlalu banyak foto-foto yang kita abadikan di setiap tempat-tempat yang kita kunjungi. “Tan, you are my best cameraman ever.”
Saat-saat seperti sekarang ini, saat kau jauh dariku, lampu kota menggodaku. Mereka memancarkan indahnya warna-warni cinta. Dan aku merindukan saat-saat menyaksikan lampu kota bersamamu.


Hanna
Oktober 2013