Halaman

Sabtu, 22 Agustus 2015

Destinasi Wisata yang WAJIB Kamu Kunjungi di Berastagi


Berastagi merupakan salah satu destinasi wisata di Tanah Karo, Medan, Sumatera Utara. Kota ini dikenal dengan kesejukan dan hasil alamnya, bunga, buah dan sayur mayur yang segar. Tentu saja Berastagi ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik saat hari libur. Yuk, kita intip beberapa destinasi di kota ini...
1. Pagoda Taman Lumbini
Pagoda Taman Lumbini merupakan replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Burma, Myanmar. Nama "Lumbini" sendiri merupakan nama tempat di kaki Gunung Himalaya, dimana Pangeran Siddharta Gautama dilahirkan dan kelak akan menjadi Budha.
Pagoda dengan warna emas ini berdiri megah di desa Tongkoh, Berastagi. Dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari kota medan menuju tempat ini.
Selain dikenal dengan bangunannya yang megah, Pagoda yang sejatinya merupakan tempat beribadah umat Budha ini juga dikelilingi dengan taman asri yang berhiaskan bunga dan pepohonan yang tertata rapi, yang memberikan kesan natural dan segar. 
Tinggi Pagoda mencapai 46,80 meter, dan merupakan Pagoda tertinggi di Indonesia. Untuk mencapai Pagoda, pengunjung harus melewati jembatan gantung sepanjang 20 meter, yang disebut dengan sebutan "Titi Lumbini".




2. Bukit Gundaling
Destinasi wisata lainnya yang wajib kamu kunjungi di Berastagi adalah Bukit Gundaling alias Gundaling Hill. Bukit ini berada di ketinggian 1.575 mdpl. Bukit tersebut banyak di tumbuhi oleh pohon pinus, dan terlihat indah bila di lihat dari kota Berastagi, sudah pasti pemandangan indah serta udara yang segar langsung menjadi suguhan pertama bagi wisatawan.
Sedikit sejarah mengenai asal muasal nama "Gundaling". Menurut cerita masyarakat setempat, dahulu seorang tentara negara asing kehilangan sebuah senjata kesayangannya di sebuah bukit, yang pada akhirnya tentara asing tersebut menuliskan sebuah frase "Gun Darling" di puncak tersebut sebagai bentuk kesedihannya. Percaya atau tidak, namun begitulah sedikit cerita yang pada akhirnya menjadi nama untuk bukit tersebut, "Gundaling".
Dari Bukit Gundaling, wisatawan dapat menikmati indahnya alam yang terbentang hijau. Tak hanya itu, pengunjung juga disuguhi pemandangan Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak.
Belum lengkap rasanya berwisata ke Bukit Gundaling kalau belum berkeliling bukit menunggangi kuda ataupun naik sado, istilah kereta kuda bagi warga setempat.
Sudah menikmati pemandangan alam yang indah, berkeliling dengan kuda, tapi rasanya masih ada yang kurang kalau belum membeli cindera mata. Tenang saja, di Gundaling kamu bisa menemukan seabrek souvenir shops. Disana kamu bisa belanja T-Shirt Berastagi, gantungan kunci, aneka aksesoris, miniatur rumah adat Karo, de el el. Lengkap deh pokoknya. 

3.Bukit Kubu
Bukit yang menyerupai lapangan golf seluas lebih kurang 5 hektare ini terbentang luas tepat di pinggir jalan utama Medan-Berastagi. Tempat ini merupakan salah satu tujuan favorit para wisatawan lokal maupun luar. Selain pemandangan yang hijau dan memanjakan mata, tempat ini menjadi prioritas wisata keluarga karena biaya yang sangat murah dan terjangkau. 
Disaat hari libur, bukit kubu biasanya ramai dengan warna-warni layangan anak-anak yang sedang berwisata dengan keluarganya, ada juga kuda-kuda untuk ditunggangi demi berkeliling Bukit Kubu. 
Kamu juga berwisata historis di seputaran Bukit Kubu, karena di belakang bukit ini kamu bisa berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno. Berastagi menjadi tempat pengasingan Bung Karno, setelah beliau ditangkap di gedung Gunung Agung bersama dengan beberapa pimpinan republik lainnya pada tanggal 22 Desember 1948 oleh pihak militer Belanda pada agresinya yang kedua. Rumah Bung Karno yang terletak di Berastagi  tepatnya di belakang Bukit Kubu. 




















4. Pasar Buah Berastagi
Seperti yang sudah saya ceritakan diatas, Berastagi dikenal dengan dengan kota bunga, buah dan sayur. Terdapat sebuah pasar di Berastagi yang dikenal dengan sebutan Pasar Buah. Di pasar ini kamu dapat belanja hasil bumi Tanah Karo, seperti jeruk, stroberi, marqisa, de el el. Tidak hanyabuah, di pasar ini juga banyak di jual sayur mayur serta bunga hias yang memanjakan mata. Bagi pecinta bunga tentunya Pasar Buah menjadi destinasi yang tak boelh di lewatkan. 
Di lokasi pasar buah, kamu juga bisa membeli souvenir khas Karo, juga bisa jajan jagung rebus/bakar ditemani segarnya segelases tebu tentunya. 
Pasar Buah Berastagi berlokasi di dekat Tugu Pahlawan, tak jauh dari pusat kota. 




5. Pemandian Air Panas Raja Berneh
Setelah seharian berkelana di kota Berastagi, tentunya raga ini juga ingin dimanjakan, berendam air panas misalnya. Tak hanya pemandangan yang indah, alam Berastagi juga menyuguhkan destinasi pemandian air panas. Pemandian air panas ini berlokasi di desa Semangat Gunung, Raja Berneh, tepatnya di kaki gunung Sibayak, sekitar 45 menit dari kota Berastagi. 



6. Wisata Kuliner Pasar Kaget Berastagi
Tak lengkap rasanya berwisata kalau belum berburu kuliner khas tempat wisata setempat. Berastagi juga tak kalah rame dengan wisata kulinernya. Dikenal dengan sebutan Pasar Kaget, pasar ini beroperasi dari sekitar jam 5 sore sampai larut malam. Pasar ini berlokasi sepanjang jalan kota Berastagi, dari arah pusat pasar kota sampai ke Tugu Pahlawan. 
Kamu bisa menikmati beragam jenis kuliner, mulai dari masakan lokal seperti ikan/ayam bakar, roti bakar, nasi goreng, roti bakar, sampai chinese food. Oya, jangan lupa minum bandrek susu kalau nguliner di Berastagi, kebayang kan nikmatnya bandrek susu yang hangat di tengah dinginnya kota Berastagi..











 Pasar Kaget Berastagi ^_^

 Tugu Pahlawan Berastagi 



Ini beberapa destinasi yang bisa kamu kunjungi di Berastagi. Silahkan mampir di kota kami, Berastagi, Karo, Bumi Turang ^_^

Hanna, 
Agustus 2015

Kamis, 13 Agustus 2015

Sepotong Mozaik di Jakarta

Siapa sih yang ngga tau Jakarta?? Ibu kota negara kita tercinta Indonesia. Kota metropolitan, pusat perekonomian, pemerintahan, sosial dan politik. Iya, kota yang katanya super padat dan macet itu, tinggi tindak kriminal, dan juga jadi langganan banjir setiap tahunnya. Kira-kira hal seperti itulah yang terlintas di pikiran ku setiap kali denger nama kota ini.
Dengan kesan yang seperti itu, berharapkah aku mencari pekerjaan di kota metropolitan seperti Jakarta? Tentu saja tidak. Aku lebih senang tinggal di kota yang tidak terlalu besar, lalu lintasnya lancar, masyarakat yang ramah, dan biaya hidup yang murah tentunya..hehe. Ya seperti Semarang, si kota ATLAS misalnya. Tapi takdir berkata lain...Oke, mungkin aku harus meninggalkan Semarang dan mencari potongan mozaik hidupkku yang lainnya di kota besar ini, kota Jakarta.
Jadi ceritanya waktu itu akhir bulan Juni, aku masih stay di Semarang. Karna suasana hati lagi kurang baik (galau bahasa anak mudanya, haha), aku main ke tempat mami rohaniku. Aku disana beberapa hari dan aku chattingan sama adeknya, udah... ngga usah ditanya adeknya cowo atau cewe, udah pasti cowo, ganteng lagi.. hihi
Namanya Fernando Ginting, temen sekolahku dari SMP sampe SMA. Nah, jadi waktu kita asik chattingan, dia bilang, "main ke Jakarta lah Mey, aku disini sama Supri."
Aku kaget, pasalnya beberapa hari sebelumnya aku chattingan sama Supri, katanya dia di pengungsian. Kan "merandal" gitu. Oiya, lupa, jadi Supri ini temen SMA ku yang cukup menyebalkan.. hehe, peace bro! Tapi beberapa bulan sebelum lulus SMA kita berdamai. Ya pokoknya kita jadi temen baiklah setelah itu, tiap kali aku pulang kampung pas liburan mesti di samperin, di ajak jalan-jalan dan di traktir. hihi :D
Oke, kita lanjut cerita yang chattingan dulu yakk.. So, karna aku cukup kesal karna di "bohongin" sama Supri, aku minta pin BBM nya ke Fernando, abis itu aku omelin lah si Supri.. hehe, bawel juga yakk..
Berawal dari omelan, chattingan singkat, ngobrol di telfon, akhirnya aku iseng nanyain lowonga kerja di tempat Supri kerja. A day after that, aku di suruh kirim CV sama Surat Lamaran Kerja.. Di hari yang sama aku langsung ngirim berkasku. Fortunately, aku langsung di suruh ke Jakarta untuk interview. I was so amazed. Niatnya sih langsung cap cuss ke Jakarta, tapi masi ada urusan di kampus, jadi kudu di pending sampe semua urusan kelar. 13 Juli 2015, aku hengkang dari kota ATLAS, naik Kereta Api dari Stasiun Poncol Semarang.
Langit sudah gelap saat aku tiba di Stasiun Senen. Di jemput sama sepupu dan langsung cus ke kediamannya di Cililitan. Tanggal 15 aku di panggil untuk interview, dan faktanya aku di test dulu sebelum interview. Perlu aku perjelas kalo testnya 80 % menghitung, bayangin aja aku yang kuliah ambil Jurusan Sastra, hampir 4 tahun ga pernah ketemu soal hitungan, hari itu harus neyelesein sekitar 40 soal Math. Untung aja dulu guru Math ku keren pas ngajar, jadi masi ada beberapa yg kecantol di memori. hehe
Well done, soal interview dan test sudah lewat, dan aku masih berstatus pengangguran. Seminggu setelah interview, waktu itu aku lagi di rumah saudaraku di Depok, aku dapat kabar dari temenku Supri kalo hari Senin, 27 Juli aku mulai kerja, I was so excited..
So, 27 Juli aku mulai kerja, kudu bangun pagi-pagi dan buru-buru berangkat dari Cililitan. Naik busway yang transit 3 kali dan masih naik angkot lagi ke kantor. Aktivitas yang cukup melelahkan. Belajar menikmati rutinitas baru, dan selama 3 hari aku ke kantor naik Bus Way, sebelum aku tinggal di mess kantor.
Life is about learning. Jadi apa yang aku pelajari selama 3 hari nge Bus Way? Paradigmaku mulai berubah, Jakarta tidak sekejam yang ku bayangkan. Transportasi di Jakarta kini sudah cukup nyaman. Di banding pertama kali aku menginjakkan kaki di Jakarta 4 tahu lalu, aku kehilangan ponsel ku saat naik bis. That's why I hated to live in Jakarta.  Katanya sekejam-kejam ibu tiri, lebih kejam ibu kota. Tapi ya ga sekejam itu juga sih. :)
Aku juga mulai menikmati pekerjaanku, seorang teller di money changer. Bertemu dengan banyak orang dari beragam negara, making deal, kadang diomelin sama customer, de el el. But I enjoy doing my job :)
So, however, I am thankful for where God sent me.. :)

Hanna, Jakarta 13 Agustus 2015
after dinner with Fernando & Supri 






..
 Jajan Kerak Telor, katanye makanan khas org Jakarte

                                                                                                Kaya wong ilang @Halte 

Rabu, 12 Agustus 2015

Tiada Kata Lain Selain "Terima Kasih "

Jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 1:29a.m dan aku masih juga terjaga.. ku coba merem, tarik selimut, peluk boneka, balik kanan, hadap kiri, tetep aja kantuk enggan menghampiri. Temen2 ku satu mess uda pada tidur, ada yg udah ngigo malah, aku cuma senyum aja denger si Citra ngigo..hihi
Ku ambil ponselku, buka2 akun di ig, ga ada yg menarik.. ku coba merem lagi, bukannya ngantuk malah pikiran melanglang buana entah kemana..
Entah kenapa aku mulai flashback kisah hidupku, dari aku mulai ngerantau 4 tahun lalu sampe aku masih bertahan di perantauan di hari ini..
Teringat bagaimana Tuhan mengirimku ke Semarang, hari itu kalo ga salah 27 Juli 2011, untuk pertama kalinya aku ninggalin Sumatra.. Aku yg saat itu masih berumur 18 tahun, dengan sejuta mimpi dan harapan akan kehidupan yg lebih baik, nekat merantau ke Jawa utk menuntut ilmu. Berbekal restu orang tuaku, ku mantapkan niat dan merantau ke sebrang laut sana...
Semarang, Ibu kota provinsi Jawa Tengah, ku temukan sepotong mozaik hidupku di kota ini. Kuliah di salah satu universitas swasta, dgn biaya yg cukup murah( Puji Tuhan aku dapat beasiswa parsial di kampus), cukup membantu mengingat perekonomian keluargaku yg pas-pasan.
Bukan hal yang mudah untuk beradaptasi di tempat yg baru, bahasa dan budaya yg baru, makanan yg masih terasa asing di lidah, serta teman-teman yg berasal dari berbagai macam karakter dan latar belakang. Tapi semua itu ngga membuatku nyerah, malah lebih semangat dan hidup terasa penuh warna. Punya keluarga yang luar biasa di komunitas di kampus, punya dosen2 yang care dan baik, bahkan aku ngerasa aku punya ortu di Semarang ( Bu Is, guru di Paud tempatku praktek waktu kuliah).
Tak ada kata lain selain "Terimakasih" utk mengungkapkan rasa syukurku kepada Tuhan Yesus, buat semua Anugrahnya di hidupku..
Entah kemana saja Ia telah mengirimku selama masih kuliah, hampir semua kota di Jateng, Bali bahkan Kalimantan Tengah.
Oiya, di Semarang aku kuliah jurusan Sastra Inggris, konsentrasi ilmu Linguistik. I really thank to God that he gave me strength to finish my collage. 28 Mei 2015, aku menjadi salah satu wisudawan terbaik dengan gelar S.S dan lulus 3,5 tahun. Tak ada yg bisa ku megahkan, it's all about grace.
Ku persembahkan prestasi ini untuk orang tuaku yang terkasih, that's all I can give dad, mom..
Awal tahun lalu, ku tuliskan 1 dari sekian resolusi di tahun ini "Kerja Juli".
Awal Juli aku masukin lamaran di DT MC di Jakarta, di rekomendasikan oleh seorang sahabat. 15 Juli aku tes dan interview, Managernya bilang paling aku mulai kerja bulan Agustus. "It's okay", batinku. Seminggu setelah interview aku di kabari kalo aku mulai kerja 27 Juli 2015..
I was so amazed.. 2 hari sebelum kerja Tuhan ingatkan aku mengenai harapan yg aku tuliskan saat awal tahun. Dan aku benar-benar terkagum dan terpesona dgn cara Tuhan bekerja dalam hidupku.. Aku bahkan sudah lupa kalo aku nulis aku pengen mulai kerja bln Juli, tapi Tuhan sebegitu Setianya.
Tak jarang air mata syukur jatuh di pipiku kerap kali ku ingat bagaimana Tuhan memeliharaku dan mengajarku..
Dan bila ku ingat lagi bagaiman Tuhan memanggilku dan mengangkatku dari kehidupanku yg teramat kelam, membawaku sampai sejauh ini dan mencukupkan segala kebutuhanku, hanya rasa syukur, kagum dan terpesona yg meluap dari hatiku..
Ada banyak hal yang aku lalui selama 4 tahun di perantauan, bahagia, senang, duka bahkan kecewa dgn org yg aku rasa adalah orang yg baik menurutku, tapi semua itu adalah proses utk membentuk menjadi lebih dewasa lagi..
Aku, Hanna Meyti Sitepu, benar-benar bersyukur punya Tuhan Yesus dan semua karya-Nya di hidupku..
Dan yg selalu menjadi keyakinanku bahwa Tuhan selalu memelihara dan mengangkatku tetap naik, menjadi kepala dan bukan ekor :)


Jakarta,
12-08-2015












@Kampus w/ friends and lecture


@Kalimantan Tengah w/ tim, Agustus 2012

                                                  Bedugul, Bali. Maret, 2012 

My Graduation, Semarang 28, Mei 2015                                                                                
@Office, Dolar Time MC 

                                            Jakarta, Agustus 2015